Kamis, 05 Maret 2009

Dunia Pasar Modal Kiki


Berkecimpung di dunia pasar modal, apa yang dipelajari dari situ? ”My word is my bond.” ”Bond” yang dimaksud di sini pengertiannya khusus, yakni obligasi, semacam bentuk investasi yang aman karena menjanjikan kupon bunga yang tetap dan pengembalian sebesar nilai per kapita ketika jatuh tempo. ”Bisnis pasar modal adalah bisnis ’trust’, kepercayaan. Itu berlaku untuk semua hal.”

Jangan bayangkan yang mengungkapkan uraian serius itu pelaku pasar modal —sebuah dunia yang bagi yang kurang menguasai dunia finance atau keuangan adalah dunia yang kurang warna—oleh karenanya bisa dianggap menjemukan. Kurang lebih sama menjemukannya dengan penampilan banyak ekonom. Tidak. Yang mengungkapkan ini perempuan manis, tatapan matanya agak sayu, dulu pernah dikenal orang sebagai pemain sinetron dan model. Inilah dia, Kiki Widyasari.

Sekembali dari studi di Universitas Fresno di California di mana dia meraih gelar MBA, tahun 2004, Kiki tak lagi berkecimpung di dunia hiburan. Ia langsung masuk ke BEJ (Bursa Efek Jakarta), yang kini berganti nama menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia).

Pernah disinggungnya suatu ketika, latar belakang dunia sinetron tak sepenuhnya menguntungkan ketika dia masuk ke dunia pasar modal. Ia merasa, orang meremehkannya. Suasana itu justru memicunya, untuk menunjukkan kompetensi. ”Setahun di situ saya meraih penghargaan The Best Employee,” katanya.

Sekarang ini, berhadapan dengan Kiki adalah berhadapan dengan sosok yang sebegitu tenggelam dalam kesibukan pasar modal. Matanya makin sayu, karena pekan lalu, beberapa hari dia kurang tidur. Katanya, tiap hari sampai dini hari dia begadang di kantor. ”Anak buah saya juga begitu,” katanya menunjuk para anak buahnya. Itu dikarenakan krisis keuangan global yang melanda dunia saat ini. ”Seharian ini, saya tidak duduk,” kata Kiki ketika ditemui Jumat (10/10) sore. Beberapa vitamin tambahan tampak di meja kerjanya.

Jabatannya di BEI sekarang adalah Corporate Secretary (Corsec)—suatu jabatan yang cukup strategis. Kalau di kabinet, posisi Corsec seperti posisi Sekretaris Kabinet. ”Banyak orang enggak tahu, dikira Corporate Secretary sama dengan Sekretaris Eksekutif...,” tutur Kiki sambil tertawa.

Sedang ”sale”

Tak terhindarkan, Kiki lebih banyak bicara mengenai gejolak pasar modal sekarang. Dengar rekamannya seperti ini: ”Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam hingga level 1.451,669, atau turun sebesar 168,052 poin (-10,38%) dari penutupan hari sebelumnya. Nilai transaksi pada hari Rabu (8/10) yang tidak terlalu besar (hanya sekitar Rp 900 miliar, dibandingkan dengan rata-rata harian sekitar Rp 5 triliun) ternyata mampu menyebabkan penurunan indeks secara signifikan. Hal tersebut mendorong BEI memutuskan untuk men-suspend transaksi perdagangan Rabu hingga Kamis (9/10), untuk melindungi investor, baik ritel maupun institusi, dan kemungkinan terjadinya kepanikan pasar yang lebih buruk.”

Masih adakah yang meragukan kefasihan Kiki untuk dunia yang digulatinya saat ini? Masih berhubungan dengan gonjang-ganjing pasar modal itu, ada baiknya kita simak lebih lanjut uraiannya. Kata Kiki, ”Saya lihat media banyak memberitakan investor yang ikut panik dan berusaha menjual saham-saham yang dimilikinya. Banyak pihak yang kemudian menyalahkan otoritas bursa dan pemerintah atas kejadian tersebut. Yang ingin saya sampaikan adalah mungkin investor lupa bahwa basic principal yang harus dipahami sebelum melakukan investasi adalah setiap investasi mengandung risiko. High risk high return, low risk low return. Jadi, up and down dalam berinvestasi itu biasa.”

Dia menyinggung, bagaimana seharusnya menjadi investor yang cerdas. ”Belajar dari krisis yang lalu, banyak saham perusahaan-perusahaan bagus, harganya sudah tidak masuk akal. Saat itu, investor yang jeli justru membeli dan menikmati capital gain dari kembali naiknya harga-harga saham berfundamental baik tersebut. Seperti kita sedang shopping, market sedang terkoreksi seperti ini ibarat toko sedang sale, kalau kita yakin barangnya bagus ya beli ketika harga sedang murah,” nasihatnya.

Edukasi

Sepertinya, Kiki sangat mencintai dunia yang digulatinya sekarang. Ia akui itu. Pekerjaannya sekarang ini disebutnya sebagai sangat menantang. Dia juga menyinggung atasannya, Direktur Utama BEI Erry Firmansyah. ”Pak Erry bukan tipe yang suka menghambat kreativitas anak buahnya, saya bisa sampaikan dan diskusikan ide-ide pengembangan pasar yang bisa dilakukan.”

Mengenai pengembangan pasar itu, disinggung secara khusus oleh Kiki, yang salah satu bidang tugasnya memang termasuk edukasi pasar modal. Menurut dia, jumlah investor di Indonesia masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduknya. ”Satu persen saja belum tercapai,” ucapnya. Dia sempat menguraikan panjang lebar masalah ini, termasuk perbandingan dengan negara-negara lain.

Banyak faktor yang menyebabkan lambannya peningkatan jumlah investor di Indonesia. Salah satunya, kurangnya sumber daya manusia (SDM), bahkan seandainya di daerah hendak dikembangkan perusahaan sekuritas (maksudnya, agar orang tidak cuma mengenal bank untuk berinvestasi). ”BEI menyadari bahwa kekurangan SDM berlisensi di pasar modal harus segera dicarikan jalan keluar. Saat ini BEI sedang mempersiapkan pendirian sebuah sekolah tinggi pasar modal. Diharapkan sekolah tersebut nantinya mampu memenuhi kebutuhan akan SDM guna pengembangan pasar modal Indonesia ke depan, khususnya di daerah.”

Ah, cantik, mampu mencerahkan, apa lagi sih yang dicari Kiki?

”Pasti mau bertanya kenapa Kiki masih men-jomblo ya?” tebaknya jitu. Dia memberi jawaban dalam bahasa Inggris, yang maksudnya kurang lebih, merasa belum menemukan seseorang di mana dia bakal menghabiskan seluruh sisa hidupnya. ”Saya akan menikah ketika saya benar-benar menginginkannya,” katanya.

Nah, seperti indeks harga saham, Anda bisa mengira-ngira sendiri, bakal makin terjangkau atau tidak....

Bre Redana
Kompas - Minggu, 12 Oktober 2008 |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar